iMSPORT.TV – Yudha Tri Aditya (Yudha), adalah atlet dari cabang senam trampolin. Namanya begitu diharapkan saat ajang Asian Games 2018, maklum saat itu atlet trampoline ahanya bilangan jari. Meski Yudha belum berhasil masuk ke babak final bersama rekannya Sindhu Aji Kurnia (ada di peringkat 9, total point 61.700), tapii nama mereka berdua jadi catatan tersendiri di cabang trampoline.
Kisah atlet senam trampolin satu ini, bisa jadi inspirasi bagi kita semua. Baginya, membela negara dan memenuhi harapan orangtua, jadi hal yang utama.
Siapa yang menyangka sebelum menjadi atlet trampoline, Yudha (29) pernah kerja sebagai seorang pemain sirkus. Ditemui di Bounce Street Kelapa Gading, Senin, 4 Maret 2024, Yudha tak malu berbagi cerita soal masa kecil dan latar belakang keluarganya, serta perjalanan karirnya.
Mulailah Yudha buka-bukaan soal perjalanan karirnya. Pada 2013-2017 dia harus melakoni pekerjaan sebagai pemain sirkus di Bandung, Jawa Barat, karena dia lahir dari keluarga sederhana
“Ibu saya dulu atlet ping pong, selalu menang di kejuaraan RT. Saya dulu, pas kelas empat SD, pernah ikut artistic gymnastic, dan sempat ikut PON juga,” ucapnya. Jadi saat kecil dia sering melatih kelenturan tubuh.
“Nah, ibu saya juga jualan nasi kuning, saya yang selalu mengantar nasi kuning ke pembeli di sekitar rumah. Dalam perjalanan saya antar nasi kuning sambil koprol. Yah.. sampai di tangan pembeli nasi kuningnya udah campur aduk...” tutur Yudha.
Yudha Tri Aditya Si Badut Sirkus Kini Jadi Atlet Trampolin Andalan Indonesia
Dari hobi melenturkan tubuhh dan koprol ini, untuk membantu ekonomi keluarga Yudha berusaha mencari kerjaan. “Awalnya saya di satu wahana di Bandung, dan jadi seorang badut pemain sirkus. Tugas saya melompati lingkaran api. Bahkan saya pernah celaka, gara-gara itu gigi saya patah,” tutur pria yang penuh senyum ini membuka obrolan.
Dari arena sirkus ini, Yudha mengenal wahana trampoline dan ternyata mengasyikan. Akhointya dia lanjut mencoba main trampoline secara otodidak dengan belajar tutorial dari youtube .
Dari awalnya coba-coba, akhirnya begitu ada info lomba trampoline di Jakarta, Yudha coba beranikan diri mencari peruntungan. Berbekal uang Rp 300 ribu, Yudha nekad ikut lomba di Houbii Urban Adventure Park. Bersyukur satu emas dan satu perak bisa dibawa pulang.
Takdir berkata lain, tak lama dari lomba di Houbi ini Yudha dipanggil untuk ikut di pelatnas Asian Games 2018 Jakarta, dan menjalani Pelatnas hanya 3 bulan. Tampil di Asian Games 2018, sayangnya Yudha bersama rekanya Sindhu Aji, belum berhasil masuk final.
Ada cerita menarik saat minta izin dari kantornya untuk berlaga di Asian Games 2018, sang manajer tempatnya bekerja, mengijinkan bahkan menanggap kalau Asian Games itu bukanlah momen penting. Ucapan sang manager ini bikin luka hati Yudha. Tekadnya makin bulat dan dia keluar dari pekerjaanya.
“Aku gak dapat izin di tempat kerja. Dia (manajer) kasih pilihan, mau pekerjaan atau Asian Games. Dia bilang, kerjaan tiap bulan ada (gaji) dan reguler juga ada, sedangkan Asian Games cuma sementara. Terus, dia bilang Asian Games tidak penting .. Aku marah… sakit hatii….” ucap atlet kelahiran 23 Maret 1990.
Yudha hanya ingat ucapan ayahnya saat tahun 1993 saat digendong ayahnya lihat pembukaan olahraga, ”Bapak bilang, kapan ya anakku bisa bela kota, apalagi sampai bisa bela negara,” kenang Yudha.
“Nah, waktu pembukaan Asian Games aku terharu, mimpi itu terjadi. Saat itu, aku merasakan lagi kehilangan bapak,” pungkasnya.
Meski tidak berhasil membawa pulang emas di ajang Asian Games 2018, Yudha mengaku bangga bisa mewakili Indonesia. Kala itu, dia bercerita sempat mendapat pujian dari atlet Tiongkok yang meraih mendali emas.
Tapi, siapa yang menyangka kalau Yudha pernah ingin mengakhiri hidupnya. Hanya karena setelah Asian Games 2018, Yudha tak punya pekerjaan, apalagi di masa pandemi, sama sekali tak punya penghasilan sama sekali. Padahal cerita Yudha, usai Asian Games ada petinggi olahraga yang menjanjikan saya untuk jadi PNS. Tapi, ternyata cuma janji…
”Tahun 2002, titik terendah saya. Hidup saya hancur, tunangan saya menggagalkan pernikahan. Saya mau coba bunuh diri, tapi untung ditahan ibu saya...” kenangnya dengan muram.
Tapi, itulah perjalanan hidup yang tak ada yang bisa tahu ke depanya seperti apa. Kerja keras saat jadi pemain sirkus sampai akhirnya jadi seorang atlet, sangat disyukuri oleh Yudha. Apalagi pria kelahiran 23 Maret 1990 ini mempu mengangkat derajat hidup keluarganya.
“Alhamdulilah dulu atlet trampoline hanya tiga, saya dari Jawa Barat, Kelvin dari Jambi dan Sindhu Aji dari Jawa Timur. Sekarang jumlah atlet trampoline ada 29 dari 9 provinsi. Cita-cita saya, mengangkat derajat orang tua dan keluarga, karena saya dulu sempat diremehkan, kini sudah saya buktikan. Seorang anak pedagang nasi kuning, bisa jadi atlet,” tuturnya penuh rasa syukur.
Ke depan, Yudha yang kini jadi pegawai KONI Jabar ini, mengaku bakal giat dan tekun berlatih.” Fokus saya saat ini terus berlatih untuk kejuaraan di Singapura pada Juni nanti,” tambahnya.
(adm/mir)
Lainnya :