iMSPORT.TV – Olimpiade Paris, baru akan berlangsung pada 26 Juli hingga 11 Agustus mendatang. Olimpiade ini akan diikuti 203 negara, dan tidak akan menyertakan Rusia dan Belarus.
Meski masih beberapa bulan lagi, tapi berbagai persiapan sudah dilakukan secara matang, termasuk melatih para pekerja Sistem Transportasi Publik Paris (RATP), dengan perangkat penerjemah berbasis teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
RATP ini akan menyediakan perangkat penerjemah canggih itu kepada 2.000 agen, untuk membantu ribuan pengunjung menavigasi jaringan jalan ibu kota selama Olimpiade berlangsung.
Perangkat ini dinamakan TRADIVIA, dapat menerjemahkan dari dan ke 16 bahasa berbeda, terutama Mandarin, Arab, dan Korea. Selama Olimpiade Musim panas mendatang, Paris akan menyambut pengunjung dari berbagai penjuru dunia.
- Kejutan! Rizki Juniansyah Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
- Eko Yuli Irawan Cetak Quintrick Lolos di Olimpiade Paris 2024
Gregoire de Lasteyrie, Direktur RATP, sangat antusias dengan perangkat baru ini.
“Prancis akan jadi tuan rumah Olimpiade dalam beberapa bulan. Kita akan kedatangan pengunjung dari seluruh dunia, mungkin jutaan pengunjung. Penting untuk memberi informasi yang benar pada mereka. Tujuannya, agar mereka dapat melakukan perjalanan terbaiknya. Maka, kami pastikan dapat berbicara dengan mereka dalam banyak bahasa, untuk membantu menemukan jalan-jalan di Paris,” jelasnya.
Perangkat ini juga kemungkinan akan mengubah pengalaman para pekerja metro, sehingga membuat mereka lebih percaya diri untuk mendekati wisatawan di metro. Paling tidak itu diakui Raphael Gassette.
“Ini tidak sepenuhnya mengubah kehidupan saya sehari-hari sih, tapi tentu ini menambah kepercayaan diri. Saya tidak lagi khawatir kalau ada pengunjung yang mendekat dan bertanya. Saya tak perlu khawatir lagi dengan bahasa yang berbeda, meski saya dan pengunjung gak paham dengan bahasa masing-masing, maka saya tinggal memilih bahasa yang akan digunakan lewat perangkat. Komunikasi pun akan terjalin,” jelasnya.
Olimpiade Paris 2024 Pakai Teknologi AI
Menurut rencana, layanan bahasa ini akan tetap tersedia setelah Olimpiade Paris berakhir, mengingat Paris menjadi salah tujuan utama pengunjung internasional ke Prancis.
Teknologi Aiyang akan digunakan di Olimpiade kali ini, tak hanya digunakan di transportasi umum, Kota Paris juga akan menggunakan kamera real time yang dilengkapi dengan AI, untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan selama gelaran Olimpiade 2024 mendatang.
Melansir BBC pada Kamis (20/7/2023), sebuah versi dari sistem keamanan AI yang baru, telah diterapkan di beberapa kantor polisi di seluruh Prancis. Salah satu pelopornya adalah kantor polisi di Massy, Selatan Paris.
“Jadi, perangkat AI akan memonitor semua kamera. Ketika melihat sesuatu yang diperintahkan untuk diwaspadai misalnya, sekelompok orang yang tiba-tiba berkumpul, maka perangkat ini akan memberikan peringatan,” ungkap Nicolas Samsoen Wali Kota Masssy.
Samsoen melanjutkan, dalam sistem ini AI berperan mendeteksi adanya gangguan dengan dilatih menggunakan kumpulan data, berupa gambar. Seperti tas-tas yang sering ditinggal di jalan. Tapi, AI hanya bertugas sebatas memonitor dan mengingatkan. Sebab keputusan untuk menanggapi gangguan tersebut, tetap terletak pada manusia juga, yaitu Polisi yang bertugas.
“Yang penting adalah manusia (Polisi) yang membuat keputusan akhir tentang bagaimana bereaksi, bukan komputer. Algoritma ini memberdayakan manusia,” ujar Samsoen.
Di sisi lain, kelompok-kelompok pejuang hak sipil mengutarakan kekhawatirannya akan sistem ini. Mereka khawatir tujuan sebenarnya dari pemerintah Prancis adalah, membuat ketentuan keamanan yang baru ini, menjadi permanen.
“Kami telah melihat hal ini di Olimpiade sebelumnya seperti di Jepang, Brasil, dan Yunani. Apa yang seharusnya menjadi pengaturan keamanan hanya untuk situasi khusus pertandingan, akhirnya dinormalisasi,” kata Noémie Levain dari kelompok kampanye hak-hak digital La Quadrature du Net.
Sementara, Prancis sendiri punya undang-undang yang secara eksplisit melarang penggunaan teknologi pengenal wajah. Seperti yang diadopsi oleh China misalnya, untuk melacak individu yang mencurigakan.
François Mattens, Vice President of Public Affairs and Strategic Partnerships perusahaan AI XXII dari Perancis mengkonfirmasi bahwa, pihaknya yang akan menyediakan layanan perangkat lunak AI tegas mengikuti undang-undang yang berlaku.
“Apa yang membuat kami menarik adalah, kami menyediakan keamanan, tapi dalam kerangka hukum dan etika,” tutur Mattens.
Mattens juga menegaskan pihaknya tidak akan dan tidak bisa secara hukum mengimplementasikan pengenalan wajah dalam sistem AI-nya nanti.
Klaim tersebut tidak memuaskan Noémie Levain, karena menurutnya ini hanyalah “narasi” yang digunakan pengembang, untuk menjual produk mereka.
Levain berpendapat bahwa, pemantauan video AI adalah alat pengawasan yang memungkinkan negara untuk menganalisis tubuh kita, perilaku kita, dan menentukan apakah itu normal atau mencurigakan. Bahkan tanpa pengenalan wajah, alat ini bisa jadi kontrol massal.
“Kami melihatnya sama menakutkannya dengan apa yang terjadi di Tiongkok. Ini adalah prinsip yang sama dengan kehilangan hak untuk menjadi anonim, hak untuk bertindak sesuai keinginan kita di depan umum, hak untuk tidak diawasi,” tuturnya.
(adm/mir)
Lainnya :