
iMSPORT.TV – Babak baru dalam sejarah persepakbolaan Indonesia sudah dimulai, dengan penunjukan legenda sepakbola Belanda, Patrick Kluivert sebagai pelatih baru Timnas Indonesia.
Eks Direktur Olahraga Paris Saint Germain (PSG) itu, membawa visi ambisius merubah permainan skuad Garuda dengan gaya bermain modern dan progresif dan berbeda, era pelatih sebelumnya, Shin Tae-yong.
Hal tersebut menjadi dua filosofi berbeda yang akan terlihat di Timnas Indonesia. Patrick Kluivert bisa dikatakan lebih memiliki permainan menyerang, Sementara era STY, dengan pertahanan solid.
Jurnalis Shilarze Saha Roy pernah mengulas di situs resmi FIFA. Roy menyebut Kluivert menganut visi bermain yang diterapkan Johan Cruyff. “Dia adalah seorang Cruyffian”, yakni Total Football.
Saat menjadi pelatih sementara timnas Curacao (2021), pelatih berusia 48 tahun itu mengubah gaya bermain Curacao, dari sepak bola reaktif menjadi menyerang.
“Curacao meninggalkan ‘gaya reaktif’ mereka dan mulai membangun serangan dari belakang, memainkan lebih banyak umpan di lapangan dalam upaya untuk mempertahankan penguasaan bola, dan menciptakan gerakan dengan mengandalkan umpan dan kecepatan,” tulis Roy.
Jika seperti itu, filosofi Kluivert tentu bisa dikatakan cukup berbeda dengan cara bermain Shin Tae-yong. Karena, pelatih asal Korea Selatan itu dikenal dengan gaya permainan yang kerap kali bertahan di area sendiri.
Kluivert menekankan pentingnya komunikasi efektif dengan para pemain sebagai pondasi, pada konfrensi pers di Jakarta, Minggu (12/1),
“Yang paling krusial adalah bagaimana kami menyampaikan filosofi permainan kepada para pemain agar mereka dapat menerapkannya di lapangan,” ujar Kluivert.
“Untuk meraih kemenangan, mencetak gol adalah hal mutlak. Tetapi, kami juga harus cerdas dalam menghormati kekuatan tim lawan. Strategi kami akan berfokus pada mengoptimalkan potensi yang sudah ada dalam tim,” jelasnya.
Pendekatan ini kontras dengan gaya Shin Tae-yong, yang tegas dan disipliner khas pelatih Asia Timur. STY juga dikenal dengan metode latihannya keras dan menuntut, sering kali mengadakan sesi latihan dua kali sehari dengan intensitas tinggi.
STY dicirikan dengan taktis yang lebih mengutamakan hasil, dengan membangun pondasi pertahanan solid, memakai tiga bek tengah (3-4-3 atau 3-5-2), yang bisa bertransformasi menjadi lima bek saat bertahan. Gaya ini terbukti efektif dalam meningkatkan performa timnas, termasuk meraih medali perak di SEA Games 2023.
Duel Filosofi Berbeda Kluivert vs STY : Era Transisi Sepakbola Indonesia
Pengaruh dan Pembelajaran
Menariknya, Kluivert memiliki hubungan khusus dengan filosofi sepakbola modern melalui pengalamannya bekerja dengan Ange Postecoglou di Brisbane Roar. Mantan pemain Persib Bandung, Sergio van Dijk, mengungkapkan bahwa Kluivert menyerap banyak ilmu dari pelatih yang kini menangani Tottenham Hotspur tersebut.
“Gaya kepelatihan Postecoglou sangat mendetail dan menuntut komitmen tinggi dari pemain. Kluivert belajar banyak tentang cara berkomunikasi yang efektif dan kesabaran dalam menghadapi berbagai karakter pemain,” ungkap van Dijk.
Sementara STY membawa pengalaman berharga dari Piala Dunia 2018 bersama Korea Selatan, di mana ia berhasil mengalahkan juara bertahan Jerman. Pengalaman ini membentuk filosofinya dalam membangun tim yang tangguh secara mental dan mampu bersaing dengan tim-tim top.
Taktik dan Formasi
Konsep Total Football yang akan dipakai Kluivert, dengan preferensi formasi 4-2-3-1 dan 4-3-3. Selama periode kepelatihannya di Curacao, ia mengubah tim tersebut dari gaya reaktif menjadi tim yang lebih dominan dalam penguasaan bola. Pendekatan ini mencerminkan pengalamannya sebagai striker kelas dunia yang memahami pentingnya kreativitas dalam menyerang.
Sedangkan, STY lebih fleksibel dalam hal formasi, namun dengan pendekatan yang berbeda. Ia mengubah gaya bermain timnas Indonesia dari ketergantungan pada umpan lambung menjadi build-up dari belakang dengan umpan-umpan pendek. Namun, fokusnya tetap pada kekompakan tim dan transisi cepat, bukan pada dominasi possession seperti yang diusung Kluivert.
Transisi dari gaya permainan STY ke filosofi yang dibawa Kluivert, tentu membutuhkan adaptasi. Pemain timnas harus menyesuaikan diri gaya permainan yang lebih ekspresif dan berisiko.
Meski begitu, Kluivert tetap optimis dengan pengalaman internasionalnya sebagai pemain top, bisa membawa skuad Garuda ke level yang lebih tinggi.
Kedua pelatih membawa pendekatan yang berbeda, namun sama-sama memiliki potensi untuk sukses. Jika STY membangun pondasi solid, dengan mentalitas dan profesional tim, sedangkan Kluivert berpotensi membawa dimensi baru dalam hal kreativitas dan ekspresivitas bermain.
Tentu keberhasilan transisi ini bergantung pada kemampuan Kluivert mengadaptasi filosofinya dengan karakteristik pemain lokal dan memahami kondisi sepakbola Indonesia.
Yang pasti, era Patrick Kluivert menjanjikan perubahan signifikan dalam identitas bermain timnas Indonesia. Dengan dukungan Alex Pastoor dan Denny Landzaat sebagai asisten, Kluivert siap menulis babak baru dalam sejarah sepakbola Indonesia, melanjutkan progres Shin Tae-yong, dengan sentuhan khas Belanda yang lebih menyerang dan menghibur.
(mir/adm)
Berita Olahraga Lainnya :