Katrina Muhardi : Legenda Buana Putri, Perintis Timnas Putri Indonesia

iMSPORT.TV – Katrina Muhardi : Legenda Buana Putri, Perintis Timnas Putri Indonesia. Saya bersyukur pernah menjadi salah satu perintis Timnas Putri Indonesia. Rasa bangga dan cerita indah di lapangan, akan selalu menjadi kenangan abadi dalam hidup saya.

Sebenarnya saya tak pernah bercita-cita sebagai atlet sepak bola wanita. Cabang olahraga itu bahkan belum populer saat saya mulai terjun menekuni olahraga.

Katrina Muhardi merupakan salah satu perintis Timnas Putri Indonesia dan merasa bangga atas perjalanan kariernya sebagai pesepakbola wanita.

Meski awalnya tidak bercita-cita menjadi atlet sepak bola, namun ia akhirnya jatuh cinta pada olahraga tersebut, setelah diajak teman berlatih di klub Buana Putri pada tahun 1968, setahun sebelum klub resmi berdiri.

Legenda pesepakbola putri Katrina Neeltje Hosang atau Katrina Muhardi menceritakan pengalamannya sebagai perintis Timnas Putri Indonesia.

Sebelumnya, Katrina merupakan atlet atletik yang tergabung dalam tim bayangan PON DKI, untuk nomor 400 dan 800 meter.

Tapi tiba-tiba di tengah masa persiapan tim bayangan PON, dia diajak teman latihan sepak bola remaja di Buana Putri (1968), setahun sebelum klub Buana Putri berdiri.

Awalnya hanya iseng, tanpa ekspektasi lebih. Soalnya Katrina saat itu sama sekali tidak mengerti sepak bola. Namun entah kenapa, ternyata dia langsung jatuh cinta dan memutuskan memilih sepak bola. Jelas, sang pelatih atletik marah dan memberi ultimatum, dan namanya dicoret dari tim atletik..

Mungkin karena olahraga permainan yang tidak membosankan makanya saya langsung suka. Jadilah saya dicoret dari tim bayangan PON DKI,” cerita Katrina tentang perjalanan hobinya.

Katrina Muhardi : Legenda Buana Putri, Perintis Timnas Putri Indonesia

Katrina Muhardi memilih untuk dicoret dari tim atletik.

Memang semuanya harus dimulai dari awal lagi. Harus pelajari teknik dasar lebih dulu, cara menendang, mengontrol, sampai kemudian masuk ke strategi atau taktik permainan.

Karena punya dasar pelari, jadi Katrina punya kecepatan dibanding pemain lain. Akhirnya dibentuk Buana Putri tahun 1969. Posisinya sebagai pemain kanan atau kiri luar dan akhirnya lolos seleksi bahkan terpilih masuk tim utama Buana Putri.

Setelah itu, Buana Putri mulai melakoni laga uji coba hingga turnamen segitiga melawan klub-klub putri Indonesia yang juga mulai bermunculan seperti, Putri Priangan Bandung, Putri Mataram Jawa Tengah, dan Putri Setia Jawa Timur. Tak heran jika Katrina akhirnya menjadi salah satu atlet sepak bola putri terkemuka di Indonesia.

Perjalanan di Timnas Putri Indonesia
Pada 1972, Katrina menikah dengan Muhardi, pelatih Buana Putri, dan pada 977, dia terpilih untuk mewakili Indonesia dalam Nation Ladies Football di Taiwan, dan Indonesia berhasil finis di peringkat empat.

Pelatih suami sendiri menurut Katrina kadang ada sedikit conflict interestnya. ”Misalnya, dia mau marah ke pemain yang kurang bisa ikuti instruksi, saya pun ikut kena tegur sang pelatih. Mungkin biar tidak ada kecemburuan dari teman-teman,” tutur Katrina.

Katrina juga sempat berpartisipasi dalam edisi 1979 dan 1983, juga dua kali menjadi runner-up di ASEAN Cup (Kompetisi yang kini dikenal sebagai Piala AFF Putri).

Pada 1986, Katrina pensiun dari Timnas Putri, namun ia tetap aktif bermain untuk Buana Putri hingga usia 50 tahun. Ia juga beberapa kali memenangkan turnamen seperti, Piala Kartini dan Galanita.

Katrina Muhardi: Legenda Buana Putri, Perintis Timnas Putri Indonesia

Harapan untuk Sepak Bola Putri Indonesia
Saat ini, Katrina berharap Timnas Putri Indonesia mendapatkan perhatian lebih dari PSSI, terutama dalam hal profesionalisme dan liga yang berkelanjutan.

Sebagai mantan pesepakbola putri Katrina merasa bangga Timnas Putri Indonesia sekarang lebih diperhatikan. Ada pelatih dari Jepang dan banyak pemain bagus bermunculan.

Mudah-mudahan sepak bola putri masuk dalam prioritas PSSI juga, karena dari dulu sepak bola putri kita selalu tidak diperhatikan. Hanya sebatas formalitas. Bagaimana mau berprestasi kalau pemain masih juga harus sambil kerja, seperti zaman saya dulu,” ujarnya penuh harap.

Menurutnya, klub-klub Liga1 harus diwajibkan memiliki tim putri, agar talenta di daerah, dapat berkembang. Ia juga berharap para legenda sepak bola putri mendapat apresiasi yang setara dengan legenda timnas putra.

Di usianya yang ke-73, Katrina masih aktif dalam Walking Football dan baru saja meraih gelar juara dalam kompetisi di Singapura.

Saya juga berharap PSSI juga nggak pilih kasih dengan mantan pesepakbola putri. Jangan cuma legenda timnas putra aja yang sering diajak nonton gratis di GBK, ya mantan pemain putri juga dong. Masak kita dibeda-bedakan melulu sampai hari ini.