
iMSPORT.TV – Zhang Hong, Pendaki Tunanetra yang Capai Puncak Gunung Everest. Seorang pendaki gunung tunanetra asal Tiongkok, Zhang Hong (46) berhasil menggapai puncak tertinggi dunia, Everest. Pendakiannya yang dimulai dari sisi Nepal, membuatnya jadi pendaki tunanetra pertama di Asia dan Ketiga di dunia yang telah menaklukan gunung tersebut.
“Tidak peduli apakah Anda penyandang disabilitas atau normal, apakah Anda kehilangan penglihatan atau Anda tidak memiliki kaki atau tangan, tidak masalah, selama Anda memiliki pikiran yang gigih, Anda selalu dapat menyelesaikan sesuatu yang dikatakan orang lain tidak bisa,” kata Zhang kepada Reuters, pada saat dia baru menyelesaikan pendakian gunung Everest, Senin (31/5/2021).
“Selama kau punya pikiran yang fokus dan kuat, kau akan selalu bisa melakukan apa yang orang lain bilang kau tak bisa lakukan,“ujar Zhang, seperti dilansir dari Reuters.
Zhang diketahui mencapai puncak pada 24 Mei 2021, didampingi tiga orang pemandu. Zhang diketahui menyelesaikan pendakian setelah kembali lagi ke basecamp pada 27 Mei, tiga hari berselang
“Tantangan terbesar adalah cuaca, pemandu saya terus memberi tahu saya tentang kondisi di saya. Tetapi yang saya rasakan hanyalah ketakutan,” ujar Zhang Hong.
Menurut pemandu bernama Qiangzi, cuaca di Gunung Everest mengalami perubahan signifikan. Suhu dan kecepatan angin berubah drastis dalam waktu sehari.
Zhang Hong menyadari medan yang bakal ditempuh tidak mudah. Dia berolahraga secara intensif selama beberapa tahun sebelum mendaftarkan diri untuk ekspedisi ke Gunung Everest.
Pria yang berprofesi sebagai pemijat di sebuah rumah sakit di Cina ini, berlatih dengan membawa beban berat setiap hari, sambil menaiki 100 anak tangga di tempatnya bekerja.
Zhang Hong, Pendaki Tunanetra yang Capai Puncak Gunung Everest
Selama menuju puncak Gunung Everest, Zhang Hong selalu berkomunikasi dengan Qiangzi. Tantangan terberat mereka adalah, saat harus berbicara dalam tingkat oksigen yang rendah selama 13 jam.
“Saya tidak tahu di mana langkah saya selanjutnya dan saya tidak tahu kondisi esnya,” kata Zhang.
Salah satu keuntungan menjadi pendaki gunung tunanetra, menurut Zhang, dia tidak terlalu khawatir dengan bahaya di sekelilingnya. Pendaki dengan disabilitas netra lebih mengkhawatirkan jarak dan waktu yang terasa tiada berujung.
“Bahkan saya tidak percaya ketika pendamping mengatakan kami sudah berada di puncak Gunung Everest,” kata Zhang.
Musababnya, sepanjang perjalanan, pendamping dan pemandu hanya memberitahu Zhang tentang waktu dan durasi perjalanan. Sementara dia merasa tak kunjung sampai ke tujuan.
Zhang Hong adalah seorang peserta ekspedisi Gunung Everest yang kisah dan perjalanannya didokumentasikan dalam EyeSteelFilm.
Ketua tim film dokumenter, Fan Lixin mengatakan, pencapaian Zhang Hong merupakan cermin keberanian luar biasa yang tidak semua orang punya.
“Awalnya saya berpikir ini adalah mimpi yang mustahil,” kata Fan Lixin.
Zhang Hong membuktikan menaklukkan Gunung Everest bukan hanya mengandalkan kemampuan fisik. Persiapan mental di tengah badai dan kadar oksigen rendah menjadi nilai tambah bagi pendaki gunung dengan disabilitas.
Fan Lixin menambahkan, Zhang Hong menjadi contoh bagaimana orang harus kuat menghadapi segala cobaan hidup.
“Kita semua membutuhkan keberanian yang sama untuk menghadapi Gunung Everest dalam setiap kehidupan,” katanya.
“Saya masih sangat takut, karena saya tidak dapat melihat arah saya berjalan, dan saya tidak dapat menemukan pusat gravitasi saya, jadi kadang-kadang saya merasa akan jatuh,” kata Zhang.
“Tapi saya terus berpikir, karena meski berat, harus menghadapi kesulitan-kesulitan itu, ini salah satu komponen pendakian, ada kesulitan dan bahaya, inilah arti dari mendaki.“
Lahir di kota Chongqing, barat daya China, Zhang kehilangan penglihatannya pada usia 21 tahun karena glaukoma.
Dia terinspirasi oleh Erik Weihenmayer, pendaki tunanetra asal Amerika yang mendaki Everest pada 2001, dan mulai berlatih di bawah bimbingan teman pemandu gunungnya, Qiang Zi.
Nepal membuka kembali Gunung Everest pada bulan April 2021, untuk pendaki mancanegara setelah ditutup sepanjang 2020, karena pandemi COVID-19.
Weihenmayer menjadi pendaki tunanetra pertama yang berhasil menjejak gunung tertinggi di dunia Everest pada 2001. Hingga saat ini ia telah mendaki tujuh puncak tertinggi di dunia (Seven Summits).
Pada usia 15 bulan ia didiagnosa mengidap retinoschisis dan mengidap kebutaan sejak usia 13 tahun.
Prestasi itu dilanjutkan oleh Andy Holzer, pendaki tunantera asal Austria yang berhasil summit di Gunung Everest pada 2017
Telah mengidap kebutaan sejak lahir, Holzer kini telah mencapai puncak dari semua Seven Summits dunia.
(adm/amr)
Berita Olahraga Lainnya :