
iMSPORT.TV – Base jumping adalah olahraga yang membuat atletnya melompat dari gedung tinggi atau dataran tinggi, dengan menggunakan parasut untuk memastikan mereka mendarat dengan aman.
Beda dengan terjun payung, base jumping, tak ada cukup waktu untuk memasang parasut cadangan, jika yang pertama tidak berfungsi.
Di sebagian besar negara, olahraga Base Jaumping ini dianggap ilegal, karena dilakukan tanpa tim keselamatan resmi atau petugas medis.
Berbeda dengan bungee jumping, base jumping dilakukan tanpa menggunakan tali yang mengikat badan sedikitpun. Karena tingkat bahayanya yang cukup tinggi, olahraga ini sampai dianggap ilegal di beberapa negara.
Pada dasarnya olahraga ini hampir mirip dengan terjun payung, tapi memiliki alat-alat berat. Namun, yang membedakan keduanya adalah waktu pendaratannya.
Karena waktu pendaratan yang lebih singkat, jadi risiko dari gagalnya olahraga ini menjadi lebih besar.

Asal Mulanya Olahraga Base Jumping
Fausto Veranzio, bisa dianggap sebagai orang pertama yang membuat dan menguji parasut. Dia melompat dari St Mark’s Campanile di Venesia pada tahun 1617, ketika dia berusia lebih dari 65 tahun.
Di sisi lain, Carl Boenish, adalah katalisator penting di balik base jumping modern dan pada tahun 1978 ia memfilmkan lompatan dari El Capitan, dibuat menggunakan parasut ram-air dan freefall tracking technique.
Kemudian video lompatan ini menyebar ke berbagai belahan dunia, sehingga menginspirasi para penerjun payung.
Carl Boenish terus menerbitkan film dan majalah informasi tentang base jumping sampai kematiannya di tahun 1984, ketika dia melompat dari Troll Wall.
Bahkan karena saking terkenalnya, olahraga ini juga dibuatkan kompetisinya. Kompetisi base jumping telah diadakan sejak awal 1980-an, dengan pendaratan akurat atau aerobatic freefall digunakan sebagai kriteria penjurian.
Beberapa tahun terakhir telah terlihat kompetisi formal yang diadakan di Menara Petronas setinggi 452 meter (1.483 kaki) di Kuala Lumpur, Malaysia, dinilai berdasarkan akurasi pendaratan.

Pada tahun 2012, World Wingsuit League mengadakan kompetisi base jumping pertama mereka di China.
Di Jakarta juga pernah dilakukan Base Jumping. Aksi melompat atlet binaan Red Bull Blue and Silver Frédéric Fugen dari Autograph Tower Jakarta pada 8 Januari lalu, menoreh sejarah baru di dunia olahraga menantang.
Lompatan yang dikenal sebagai base jump ini tidak hanya semakin melambungkan karir Frédéric, tetapi juga Jakarta ke radar atlet dan pecinta base jumping dunia.
- 12 Tahun Tidak Muncul Akibat Koma, Begini Kabar Terbaru Michael Schumacher
- Mimpi Seorang Ibu Antarkan Timnas Futsal Putri Indonesia ke Piala Dunia
Base Jumping : Olahraga Apa Lagi niih?
Lima fakta menarik tentang base jump yang perlu diketahui.

- Lompat Lebih Rendah, Bukan Berarti Lebih Mudah
Tidak seperti skydiving, base jump dilakukan dari ketinggian yang lebih rendah, sehingga memberikan waktu yang lebih singkat untuk memperhitungkan waktu membuka parasut dan mendarat.
Base jumpers menggunakan satu parasut yang dirancang khusus untuk pembukaan cepat, mengingat jarak antara titik lompatan dan tanah yang jauh lebih dekat dibandingkan skydiving yang memiliki dua parasut.
Mereka juga sering menggunakan wingsuit untuk mengontrol kecepatan dan arah lompatan. Kombinasi faktor-faktor ini menjadikan base jump olahraga yang membutuhkan keberanian dan keterampilan tingkat tinggi.

- Base Jumping dari Gedung Tertinggi di Indonesia dan di Belahan Bumi Selatan
Frédéric Fugen saat melompat dari Autograph Tower, gedung setinggi 385 meter. Aksi dari Autograph Tower menorehkan capaian tersendiri sebagai base jump dari gedung tertinggi di Indonesia, sekaligus belahan bumi selaatan, yakni dengan ketinggian 385 meter.
Gedung ini menjadi salah satu simbol perkembangan Jakarta, sebagai megalopolis global . Acara ini tidak hanya mencetak sejarah baru, tetapi juga memicu semangat generasi muda untuk menembus batas dan bersaing di tingkat global.

- Pemegang Rekor Base Jump dari Gedung Tertinggi di Dunia
Frédéric Fugen, atlet binaan Red Bull, jadi salah satu base jumper, pilot wingsuit, dan skydiver paling berbakat di dunia.
Atlet asal Prancis ini melakukan lompatan solo pertamanya pada tahun 1996 di usia 16 tahun. Dengan lebih dari 20 tahun pengalaman, Frédéric telah mencatatkan berbagai pencapaian fenomenal, termasuk lompatan dari gedung tertinggi di dunia yakni, Burj Khalifa, setinggi 828 meter pada 2014.
Selain base jump, Frédéric juga dikenal dengan kreativitasnya menggabungkan beberapa olahraga sekaligus, seperti melakukan sky skiing, kombinasi skydiving dan ski pertama di dunia yaitu, terbang bebas dari balon udara dilanjutkan ski menuruni lereng gunung La Clusaz, Prancis, pada tahun 2022.

- Persiapan Presisi untuk Sebuah Lompatan 32 Detik
Base jumping dikenal sebagai olahraga menantang dengan risiko tinggi. Maka, setiap aksi memerlukan pengalaman dan persiapan matang, mulai dari penghitungan kecepatan dan arah angin, analisis titik lompatan dan pendaratan, hingga koordinasi dengan tim pendukung.
Oleh karena itu, aksi Frédéric di Jakarta didukung oleh TNI AU dan tim profesional lainnya untuk memastikan aspek keselamatannya.
Aksi Frédéric Fugen tidak hanya tentang pencapaian pribadi tetapi juga membawa pesan penting bahwa keberanian, tekad, dan persiapan yang matang dapat membuka pintu bagi hal-hal luar biasa.
(adm/amr)
Berita Olahraga Lainnya :