iMSPORT.TV – Ketua Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari mengajak Indonesian Olympian Assosiation (IOA) bergerak bersama mengubah mindset atlet-atlet Indonesia. Terutama dalam menjadikan gelaran olahraga bergengsi tersebut sebagai puncak acuan prestasi di mata atlet.
Hal tersebut dikatakan Okto, sapaan karib Raja Sapta, dalam seminar “Leadership Spirit of Olympism” yang diadakan IOA di Function Hall Kantor NOC Indonesia, Sabtu (15/10). Okto hadir didampingi Komite Eksekutif NOC Indonesia Jadi Rajaguguk dan Wakil Sekretaris Jenderal IV Daniel Loy.
“Saat ini masih banyak yang gagal paham terhadap acuan prestasi. Banyak atlet yang masih menjadikan SEA Games target utama Padahal seharusnya sasaran puncak adalah Olimpiade sebagai tingkatan tertinggi multievent di dunia,” kata Okto.
Situasi ini, diterangkan Okto, dikarenakan banyak yang belum paham dengan apa yang tertulis dalam Olympic Charter atau Piagam olahraga musim panas itu. Untuk itu, Okto meminta IOA turut membantu NOC Indonesia menyosialisasikannya, terutama terkait Olympic Movement serta Olympic Values.
NOC Indonesia Gandeng IOA, Ubah Mindset Atlet ke Olimpiade
IOA, dikatakan Okto, menjadi instrumen penting dalam membawa pesan penting tersebut. Sebab, para olympian yang memiliki pengalaman berlaga di pesta olahraga paling prestisius di dunia dan menjadi tokoh utama yang pernah merasakan nilai-nilai Olimpiade, yakni excellence (keunggulan), respect (saling menghormati), dan friendship (persahabatan).
“Buat saya pengalaman mendampingi atlet di dua Olimpiade, Rio de Janeiro (2016) dan Tokyo (2020) sungguh luar biasa. Saya yakin para Olympian pun merasakan ambience yang berbeda ketika tampil di Olimpiade dan memang untuk tampil di Olimpiade membutuhkan proses yang tidak instans,” kata Okto.
“Saya yakin para Olympian dapat merasakan bagaimana seorang atlet dapat menunjukkan perjuangan untuk mencapai keunggulan (excellence), bagaimana kita bisa menghormati lawan kita di dalam dan di luar lapangan, dan bagaimana kita bisa mendapatkan persahabatan dalam komunitas olahraga, tak terbatas gender, ras, agama, hingga warna kulit. Ini harus kita sebarkan bersama.”
(mir)