
iMSPORT.TV – Upacara pembukaan SEA Games 2025 di Stadion Nasional Rajamangala, Bangkok, memang sudah berlalu sejak Selasa (9/12/2025). Namun, sebuah acara pembukaan pesta olahraga multievent, selalu ditunggu. Apalagi kelas internasional. Sajian acara menarik dan kejutan apa yang ditampilkan oleh tuan rumah, sangat dinantikan.
Namun, di acara pembukaan SEA Games 2025, Bangkok, justru memicu kritik luas, karena sejumlah kesalahan mencolok terjadi sepanjang pertunjukan.
Mulai dari kekeliruan bendera negara, jumlah medali yang salah, hingga masalah lip-sync, rangkaian insiden tersebut langsung menjadi sorotan publik.
Sorotan terhadap penyelenggaraan SEA Games tahun ini sebenarnya sudah muncul jauh sebelum upacara pembukaan.
Ini adalah kali ketujuh Thailand menggelar SEA Games tetapi pertama kalinya sejak 2007.
Seperti tikutip dari media Thailand, The Thaiger pada Rabu, desainer visual dan tata cahaya Thailand, Rueangrith “Ton” Suntisuk, sebelumnya mengungkapkan bahwa pemerintah membatalkan rancangan pembukaan dan penutupan yang telah ia kerjakan.
Ton menyebut ia dan timnya bekerja selama tujuh bulan tanpa penjelasan atas pembatalan tersebut. Ia turut menyampaikan simpati kepada tim desainer baru yang hanya memiliki waktu satu bulan untuk mempersiapkan seluruh konsep.
Isu anggaran turut menambah polemik. Renovasi kolam renang SEA Games senilai 300 juta baht atau sekitar 157 miliar rupiah, dikritik setelah sebuah halaman Facebook mengungkap rincian harga peralatan dan instalasi yang dinilai tidak wajar.
Serangkaian Kesalahan di Panggung Pembukaan
Meski dibayangi polemik, antusiasme masyarakat Thailand tetap tinggi menyambut pembukaan SEA Games.
Namun, kesalahan demi kesalahan mulai muncul sejak awal pertunjukan drone.
Bentuk yang ditampilkan menunjukkan angka “547” sebagai jumlah medali emas yang diperebutkan pada edisi tahun ini, padahal angka yang benar adalah 574.
Kacaunya Pembukaan SEA Games 2025: Indonesia-Vietnam Jadi Korban
Kesalahan kedua terjadi melalui tayangan video sejarah SEA Games di layar raksasa stadion.
Dalam segmen yang menyebut Indonesia sebagai tuan rumah SEA Games 1997, bendera yang ditampilkan justru bendera Singapura.
Hal ini mengikuti insiden sebelumnya ketika halaman Facebook resmi SEA Games, keliru menggunakan bendera Laos dan Vietnam untuk mewakili Indonesia dan Thailand dalam jadwal pertandingan.
Suatu kesalahan juga terjadi kala peta digital yang mewakili negara-negara peserta diproyeksikan ke arena.
Pada momen ini, proyeksi peta hanya menyertakan Vietnam daratan dan bukan kepulauan Hoang Sa (Kepulauan Paracel), Truong Sa (Kepulauan Spratly), dan Kepulauan Phu Quoc.
Juga ada momen lainnya, saat lampu LED yang dipasang untuk merepresentasikan 11 negara ASEAN, hanya milik Kamboja yang sempat mati.
Media-media Vietnam melaporkan bahwa kesalahan ini telah dilaporkan oleh ketua delegasi mereka kepada Kedutaan Vietnam di Bangkok.
Masalah berikutnya melibatkan penampilan penyanyi Thailand-Belgia, Violette Wautier, yang membawakan lagu resmi SEA Games berjudul 1% bersama Twopee Southside dan F.Hero.
Penonton menilai vokal Violette tidak selaras dengan musik yang mengiri dan menuduhnya tampil buruk.
Violette kemudian menjelaskan melalui halaman Facebook bahwa panitia meminta semua penyanyi melakukan lip-sync karena keterbatasan teknis.
Ia fokus melakukan lip-sync, tetapi mikrofon yang seharusnya dimatikan justru menyala, sehingga suaranya terdengar bersamaan dengan rekaman.
Violette menyatakan bahwa kesalahan itu merusak reputasi, citra, dan martabat profesionalnya. Ia menambahkan bahwa ia hanya bisa memberikan klarifikasi setelahnya untuk melindungi diri.
Masalah Teknis Lainnya dan Dampaknya pada Peserta Laporan tambahan dari Spring News mengungkap persoalan lain dalam penyelenggaraan tahun ini.
Keterlambatan penerbitan akreditasi pers membuat banyak jurnalis asing kebingungan. Selain itu, keterlambatan pencairan uang saku atlet juga berdampak pada sejumlah atlet Thailand.
Rangkaian masalah yang mencuat sejak sebelum hingga saat upacara pembukaan ini menambah tekanan terhadap panitia penyelenggara, yang kini harus memastikan kelancaran penyelenggaraan cabang-cabang olahraga selama SEA Games 2025 berlangsung.
Belum lagi, konflik perbatasan Thailand dan Kamboja mencapai titik didik pada hari pembukaan dengan kedua kubu saling bertukar serangan dengan menggunakan persenjataan berat.
Seperti apapun kekacauan saat pembukaan SEA Games 2025, yang pasti pesta olahraga paling bergengsi di Asia Tenggara ini tetap resmi digelar sejak 9 Desember hingga 20 Desember mendatang. Perebutan medali pun sudah dilakukan masing-masing negara, kecuali Kamboja, yang akhirnya memutuskan mundur dari ajang tersebut.
Awalnya Kamboja mengirim 84 atlet dan 12 cabang olahraga, akhinya penuh seluruh atlet mereka dari pergelaran SEA Games ke-33 ini.
(adm/amr)
Berita SEA Games 2025 Thailand Lainnya :
