iMSPORT.TV – Pada tahun 70 an, nama Rudy Hartono identik banget dengan bulu tangkis. Setiap ada turnamen bulu tangkis dunia, masyarakat Indonesia pasti yakin, Rudy Hartono bakal menang! Apalagi kalau piala All England… paaastiii Rudy Hartono yang juaraa…
Yaaa.. Rudy Hartono merupakan salah satu legenda bulu tangkis Indonesia. Di masa kejayaannya, ia sering mengharumkan Indonesia di kancah Internasional.
Rudy Hartono merupakan anak ketiga dari 9 bersaudara. Lahir dari pasangan Zulkarnain Kurniawan, lahir dengan nama Nio Hap Liang di Surabaya.
Orang tua Rudy tinggal di Jalan Kaliasin 49 (sekarang Jalan Basuki Rahmat), Surabaya, Jawa Timur, bekerja sebagai penjahit pakaian pria, juga punya usaha pemrosesan susu sapi di Wonogiri. Disamping itu, sang ayah seorang pelatih sekaligus salah satu pendiri Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Naga Surya Naga.
Seperti anak-anak seumurannya, Rudy kecil yang masih SD, gemar main beragam macam olah raga, dari atletik, bulu tangkis, dan renang. Begitu SMP dia main bola voli. Menjelang masa SMA, dia hobi banget main sepak bola, bahkan jadi pemain andalan.
Tapi dari semua olahraga yang dia ikuti, keinginan terbesarnya akhirnya jatuh pada permainan bulu tangkis. Pada usia 9 tahun, Rudy kecil sudah menunjukkan bakatnya di bulu tangkis. Ayahnya baru menyadari saat Rudi berumur 11 tahun.
Rudy akhirnya mulai berlatih secara intens. Latihan di jalan raya aspal, di depan kantor PLN di Surabaya (sebelumnya dikenal dengan Jalan Gemblongan—ditulis oleh Rudy Hartono dalam bukunya Rajawali dengan Jurus Padi (1986), itu juga bisanya tiap hari Minggu, tapi dari pagi hingga pukul 10 malam.
Setelah dianggap cukup cukup, Rudy mulai diikutkan pada kompetisi-kompetisi kecil di sekitar Surabaya. Padahal pada masa itu penerangan hanya diterangi oleh cahaya lampu petromax.
Hasilnya lumayan. Sang ayah mulai melatih Rudy secara sistematik di Asosiasi Bulu Tangkis Oke, dengan pola latihan yang ditentukan oleh ayahnya sendiri. Sekedar info, ayah Rudy, pada masa mudanya pernah menjadi pemain bulu tangkis. Zulkarnain pernah bermain di kompetisi kelas utama di Surabaya.
Zulkarnain pertama kalinya bermain untuk klub Asosiasi Bulu Tangkis Oke, yang dia dirikan (tahun 1951). Di asosiasi ini ayah Rudy juga melatih para pemain muda lainya, dengan program pelatihan yang difokuskan pada empat hal utama yaitu: kecepatan, pengaturan napas yang baik, konsistensi permainan dan sifat agresif dalam menjemput target. Program pelatihan ini lebih menekankan pada sisi atletik : lari jarak panjang dan pendek dan juga latihan melompat (high jump).
Berlatih di Asosiasi miliki ayahnya itulah Rudy merasa, ini latihan profesional yang sesungguhnya, meski tempat latihannya di gudang gerbong kereta Api milik PJKA Karangmenjangan. Meski kondisi seperti itu, Rudy tetap berlatih dengan semangat, karena tempat latihan ayahnya sudah pakai lampu listrik, jadi dia bisa latihan hingga larut malam.
Rudy Hartono Sang Maestro Bulu Tangkis Indonesia
Setelah beberapa lama bergabung di klub ayahnya, Rudypun pindah ke klub bulu tangkis yang lebih besar, Grup Rajawali, grup yang telah melahirkan banyak pemain bulu tangkis dunia.
Apakah Rudy merasa sudah menemukan grup terbaik untuk mengembangkan bakat bulu tangkisnya? Ternyata belum. Beberapa waktu kemudian, setelah diskusi dengan ayahnya, Rudy ingin lebih meningkatkan kariernya, jadi dia harus pindah ke tempat latihan yang lebih baik lagi. Maka pada akhir 1965, Rudy pindah ke Pusat Pelatihan Piala Thomas.
Usaha keras pasti tak akan mendustakan hasil. Rudy tampil kian memukau, langsung diikutsertakan dalam tim Piala Thomas untuk Indonesia (tahun 1967). Hasilnya? Remaja kelahiran 18 Agustus 1949, di usia ke 18 tahun, Ia menang 15-5, 15-7 atas Paul Whetnall (Inggris) pada babak pertama.
Sejak itu, Rudy Hartono tak lagi tersentuh kekalahan di Wembley Arena, London, untuk pertama kalinya meraih titel Juara All England, dia berhasil kalahkan Tan Aik Huang dari Malaysia (hasil akhir 15-12 dan 15-9).
Sejak itu, Rudy Hartono tak lagi tersentuh kekalahan hingga edisi 1974, gelar juara All England, jadi milik Rudy, sehingga dia dijuluki Maestro bulu tangkis. Dikutip dari skor.id, Rudy menembus final 10 All England, dan menyabet delapan gelar juara tunggal putra.
Saat meraih tujuh gelar All England, pemilik tanda kehormatan Bintang Jasa Utama ini juga membukukan 35 kemenangan. Tapi ketika hendak meraih gelar kedelapannya, Rudy harus gagal di tangan Svend Andersen asal Denmark. Ia kalah di partai final dengan skor akhir 11-15, 14-17.
Tak berputus asa, Rudy Hartono pun mengusung misi pembalasan di All England 1976. Ia kembali berhasil jadi juara, usai kalahkan atlet asal negaranya sendiri, Liem Swie King, dengan skor identik 15-7, 15-7 di partai final.
Rudy Hartono bukan hanya juara di All England, tetapi juga Kejuaraan Dunia (1980), pun berjaya di Olimpiade Munich 1972 dengan meraih medali emas.
Nama Rudy Hartono makin gemilang, tidak hanya sukses di nomor individu, tetapi juga beregu. Dia menjadi bagian dari Tim Indonesia yang menjuarai Piala Thomas pada 1970, 1973, 1976, dan 1979. Rudy Hartono membawa Tim Indonesia meraih medali emas di Asian Games 1970.
Wajar jika Rudy selain maestro, juga jadi salah satu legenda hidup bulu tangkis Indonesia dan sampai saat ini masih dipuja. Berbagai penghargaan pun pernah diraih Rudy selama masih berkarier maupun setelah pensiun
Kini, Rudy Hartono sudah gantung raket. Usianya pun telah menginjak 75 tahun pada 18 Agustus 2024 nanti. Meski begitu, Rudy masih menyempatkan diri untuk memberikan motivasi agar para pebulu tangkis muda terus berjuang untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.
Sang legenda pun sempat bergabung dengan kepengurusan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Rudy juga berperan aktif dalam Badminton World Federation (BWF). Terakhir, Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNDP menunjuknya sebagai Duta Niat Baik untuk Indonesia, dikutip dari lpmsitus.fib.blm.unair.ac.id.
Atas jasanya itu, Rudy menerima penghargaan, dia tercatat di Guiness Book of World Records pada 1982, sebagai pebulutangkis dengan gelar All England terbanyak, yakni delapan sedari 1968 hingga 1976. Rudy juga pernah menjuarai Badminton World Championship, dan empat gelar Thomas Cup beruntun.
Rudy juga mendapat penghargaan dari Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI). Sebanyak 25 tokoh menerima penghargaan dari PSMTI. Rudy tak hanya mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional, tapi juga dianggap bisa menjaga nama baik kaum Tionghoa di Indonesia.
- Prestasi Verawaty Fajrin Pebulutangkis Tersukses di 3 Sektor
- Prestasi Lindswell Kwok Sang Ratu Wushu Asia
Di luar karier bulu tangkis, Rudy Hartono pernah mencoba menjadi pilot Garuda. Bahkan, ia juga pernah bermain film layar lebar berjudul “Matinya Seorang Bidadari” bersama Poppy Dharsono.
Prestasi Atlet Bulu Tangkis Rudy Hartono di Turnamen All England:
- All England : 1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973, 1974, 1976
- Kejuaraan Dunia : 1980
- Piala Thomas : 1970, 1973, 1976, 1979
- Asian Games : 1970
- Olimpiade : 1972 (ekshibis)
Olimpiade 1992 Barcelona menjadi debut bulu tangkis. Partai yang digelar hanya empat, minus ganda campuran. Pada Olimpiade berikutnya dipertandingkan 5 nomor. Yaitu tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri serta ganda campuran
Prestasi Atlet Bulu Tangkis Rudy Hartono di Turnamen All England:
All England 1968 (juara)
- Babak 1 – vs Paul Whetnall (Inggris) : 15-5, 15-7
- Babak 2 – vs Henning Borch (Denmark) : 15-5, 15-4
- 8 Besar – vs Sture Johnsson (Swedia) : 15-8, 15-8
- Semifinal – vs Sven Andersen (Denmark) : 15-9, 12-15, 15-9
- Final – vs Tan Aik Huang (Malaysia) : 15-12, 15-9
All England 1969 (juara)
- Babak 1 – vs Ray Sharp (Inggris) : 15-7, 15-10
- Babak 2 – vs Elo Hansen (Denmark) : 15-9, 15-1
- 8 Besar – vs Ippei Kojima (Jepang) : 15-9, 15-1
- Semifinal – vs Oon Chong Hau (Malaysia) : 15-7, 15-1
- Final – vs Darmadi (Indonesia) : 15-1, 15-3
All England 1970 (juara)
- Babak 1 – vs Paul Whetnall (Inggris) : 15-2, 15-6
- Babak 2 – vs Torsten Winter (Jerman) : 15-0, 15-2
- 8 Besar – vs Tom Bacher (Denmark) : 15-8, 15-8
- Semifinal – vs Ippei Kojima (Jepang) : 18-17, 17-14
- Final – vs Svend Andersen (Denmark) : 15-7, 15-1
All England 1971 (juara)
- Babak 1 – vs David Hunt (Inggris) : 15-3, 15-3
- Babak 2 – vs Bendt Rose (Denmark) : 15-0, 15-4
- 8 Besar – vs Svend Andersen (Denmark) : 15-3, 15-10
- Semifinal – vs Klaus Kaagaard (Denmark) : 15-1, 15-4
- Final – vs Muljadi (Indonesia) : 15-1, 15-5
All England 1972 (juara)
- Babak 1 – vs David Eddy (Inggris) : 15-3, 15-4
- Babak 2 – vs Lee Kok Pheng (Malaysia): 15-8, 15-1
- 8 Besar – vs Wolfgang Bochow (Jerman ): 15-7, 15-9
- Semifinal – vs Sutre Johnsson (Swedia) : 15-3, 15-6
- Final – vs Svend Andersen (Denmark) : 15-9, 15-4
All England 1973 (juara)
- Babak 1 – vs Victor Jaramillo Luque (Meksiko) : 15-3, 15-2
- Babak 2 – vs Kurt Johnsson (Swedia) : 15-1, 15-6
- 8 Besar – vs Elo Hansen (Denmark) : 15-2, 18-17
- Semifinal – vs Tjun Tjun (Indonesia) : 15-7, 15-1
- Final – Christian Hadinata (Indonesia) : 15-6, 15-2
All England 1974 (juara)
- Babak 1 – vs Ray Stevens (Inggris) : 15-7, 15-7
- Babak 2 – vs Thomas Kihlstrom (Swedia) : 15-10, 15-3
- 8 Besar – vs Elo Hansen (Demnark) : 15-11, 13-15, 15-3
- Semifinal – vs Sture Johnsson (Swedia) : 11-15, 18-16, 15-6
- Final – vs Punch Gunalan (Malaysia) : 8-15, 15-9, 15-10
All England 1975 (runner-up)
- Babak 1 – vs Jamie McKee (Kanada) : 15-6, 15-1
- Babak 2 – vs Ricardo Jaramillo Luque (Meksiko) : 15-2, 15-3
- 8 Besar – vs Ippei Kojima (Jepang) : 15-10, 15-6
- Semifinal – Flemming Delfs (Denmark : 15-8, 15-6
- Final – vs Svend Andersen (Denmark) : 11-15, 14-17
All England 1976 (juara)
- Babak 1 – vs Kurt Johnsson (Swedia) : 15-5, 15-3
- Babak 2 – vs David Hunt (Inggris) : 15-5, 15-4
- 8 Besar – vs Paul Whetnall (Inggris) : 15-5, 15-5
- Semifinal – vs Flemming Delfs (Denmark) : 15-10, 7-15, 18-15
- Final – Lim Swie King (Indonesia) : 15-7, 15-7
All England 1978 (runner-up)
- Babak 1 – vs Brian White (Inggris) : 15-9, 15-
- Babak 2 – vs Sture Johnsson (Swedia) : 15-9, 10-15, 18-17
- 8 Besar – vs Morten Frost Hansen (Denmark) : 15-8, 15-7
- Semifinal – vs Flemming Delfs (Denmark) : 15-7, 15-12
- Final – vs Lim Swie King (Indonesia) : 10-15, 3-15.
(adm/mir)
Baca juga :