Ini Alasan Indonesia Open Batal Digelar di Indonesia Arena

iMSPORT.TV – ITurnamen bulu tangkis Indonesia Open 2024 dipastikan batal digelar di Indonesia Arena, Senayan, Jakarta, dan tetap akan dilaksanakan di tempat awal, Istora Senayan, Jakarta, 4-9 Juni mendatang.

Direktur Utama Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK GBK), Rakhmadi A. Kusumo menyebut, pembatalan digelarnya Indonesia Open 2024 di Indonesia Arena karena masalah pencahayaan, bukan karena biaya sewa yang mahal.

Enggak, enggak [tinggi uang sewa]. Bukan masalah biaya sih,” kata Rakhmadi usai acara GBK Media Ghatering di Indonesia Arena seperti dikutip dari Detik, Kamis (21/3).

Kepastian pembatalan venue yang pernah digunakan gelaran Piala Dunia Bola Basket 2023, dilihat dari unggahan Ketua Umum PP PBSI Agung Firman Sampurna di media sosial. Dalam unggahannya, terlihat sebuah undangan yang tertulis bahwa, Indonesia Open 2024 turnamen BWF World Tour Super 1000, akan digelar pada 4-9 Juni di Istora Senayan, Jakarta.

Untuk Indonesia Open memang ada rencana di Istora. Karena secara teknis mengenai pencahayaan lampu, dari PBSI merasa perlu menambah lampu, karena lampu badminton dengan basket itu berbeda,” ujar Rakhmadi.

“Ini event yang cukup serius, PBSI memilih untuk menggunakan Istora dulu (untuk Indonesia Open 2024). Mungkin tahun depan baru di Indonesia Arena,” jelasnya.

Ini Alasan Indonesia Open Batal Digelar di Indonesia Arena

Padahal, Indonesia Open 2024 sebelumnya sempat diumumkan akan digelar di Indonesia Arena. Rencana itu muncul, karena besarnya kapasitas Indonesia Arena yang bisa menampung pecinta bulu tangkis lebih banyak lagi.

Kapasitas Venue
Istora Senayan : 6.000 kursi
Indonesia Arena : 16.088 kursi

Pembatalan itu mendapat berbagai respon dari badminton lovers. Mereka menduga pembatalan penggunaan Indonesia Arena tak lepas dari harga sewa yang mahal.

Namun, PPK GBK menyebut Indonesia Arena disewa seharga Rp 700 juta – 750 juta per hari, harga tersebut belum termasuk dengan loading barang. Sementara sewa Istora Senayan sebesar Rp 350 juta.

Secara organisasi dan prosedurism, mereka sudah biasa dan juga bisa diketahui, sponsorship-nya juga sangat banyak. Jadi bukan ke biaya, tetapi lebih masalah infrastruktur yaitu pencahayaan,” Rakhmadi menjelaskan.

Maka, mungkin nanti bisa ditanyakan juga ke PBSI, mereka mau di mana. Sejatinya GBK siap jika mereka mau mengadakannya di Istora kembali,” pungkasnya.

(mir/adm)

Lainnya :