
iMSPORT.TV – Mantan Lifter Indonesia yang merupakan pemecah rekor PON XIX 2016, saat ini menggantungkan penghasilannya sebagai Personal Trainer (PT), setelah namanya dicoret dari Pelatnas pada 4 Maret 2020.
Setelah namanya tidak berada di pelatnas, Deni, peraih emas pada Sea Games 2019 Filipina, bekerja di sebuah Gym, Namun, hal tersebut tidak berjalan lancar, akibat wabah corona dan Sejak social distancing digaungkan di Jakarta pertengahan Maret lalu, Gym nya pun ikut tutuup.
Sejak 19 Maret, gym tempat Deni bekerja sudah tutup. Kebetulan, gym itu memang berlokasi di sebuah pusat perbelanjaan di Kuningan. Para member menuruti anjuran #dirumahaja, memilih berolahraga di rumah. Menurut Deni, itu tidak masalah. Dia masih bisa mengajar secara online. ’’Member bisa ngikutin lewat live streaming,’’ kata Deni, dilansir dari Jawapos.com.
Ceyco Georgia Tetap Targetkan Emas di PON 2020
Peraih Emas SEA Games Gantungkan Hidup dari Gym
’’Saya sendiri lebih sulit kalau dalam sehari harus menangani lebih dari lima orang secara online. Dalam masa karantina, saya juga nggak mungkin terus menatap ponsel untuk online. Butuh waktu untuk keluarga juga,’’ papar dia.
Peraih emas SEA Games 2019 itu menyatakan tidak masalah ketika pekerjaan beralih menjadi online. Sebelumnya dia sering melakukannya. Terutama ketika sharing dengan sesama PT dari luar negeri.
’’Mungkin kalau online begini kesulitannya adalah memantau pembebanan klien. Misalnya, saat latihan, saya lihat dia mengangkat 50 kg. Sebenarnya bisa jadi 55 kg. Itu kan tugas saya buat mengepush mereka,’’ jelas Deni.
BMX Indonesia Punya Kans Lolos Ke Olimpiade Tokyo
Sebagaimana diberitakan, pada awal Maret lalu, Deni dicoret dari pelatnas karena dianggap melakukan tindakan indisipliner. Aktivitas mengajar di gym itulah yang disebut indisipliner.
Padahal, selain untuk menambah penghasilan, dia mengemban misi tertentu. Yakni, memopulerkan angkat besi ke seluruh lapisan masyarakat. Harapannya, angkat besi menjadi lifestyle di kalangan kaum urban.
’’Sekarang tujuan saya nggak neko-neko. Ingin mengembangkan apa yang sudah saya bangun. Kalau ada yang menghalangi, saya tetap lanjut,’’ tegas lifter kelahiran Bogor, 26 Juli 1989, tersebut.
Kehilangan status anggota pelatnas, otomatis dia juga kehilangan uang saku. Untung, Deni masih tercatat sebagai atlet puslatda Provinsi Bengkulu. Namun, kegiatan puslatda juga terkena imbas. Apalagi, ada indikasi PON XX/2020 Papua akan diundur.
Padahal, PON merupakan target besar Deni untuk membuktikan diri bahwa dia masih menjadi lifter nomor satu di kelasnya.
Tapi, dia masih bersyukur. Pengprov PABBSI Bengkulu masih peduli kepada atlet. Deni tetap mendapat uang saku.
’’Puslatda semua terganggu. Semua melakukan self isolation, pada tutup. Ada dana talangan dari uang pribadi pengurus untuk pelatihan mandiri agar bisa bertahan selama masa Covid-19 ini,’’ ungkapnya.
Deni optimistis bisa bertahan dalam masa seperti ini. Memang beberapa masalah yang menimpa membuatnya kehilangan endorsement produk. Tetapi, ada sebuah produk suplemen yang masih mendukungnya.
’’Jadi, satu lubang tertutup, bukan berarti lubang yang lain ikut tutup juga. Selain itu, istri ada usaha. Lumayan pendapatannya,’’ imbuh Deni. (amr)
Baca Juga :