Andi Ramang Man Of The Match di Olimpiade Melbourne 1956

iMSPORT – Tahun 1956 menjadi masa terbaik buat PSSI yang mampu masuk hingga ke perempat final di ajang olahraga bergengsi dunia, di usia yang baru menginjak 11 tahun merdeka, sepakbola nasional mampu menahan imbang kesebelasan Uni Soviet ‘terkuat pada masa itu’ dengan skor 0-0.

Skuad Tim Nasional Indonesia waktu itu diperkuat oleh punggawa terbaiknya yang terdiri dari : Maulwi Saelan, Sasjid, Chaeruddin, Ramlan, Sidhi, Tan Liong Houw, Aang Witarsa, Djamiat, Phoa Sian Liong, Danu, Thio Him Tjiang dan sang bintang Ramang, yang kehebataannya tercatat dalam situs resmi FIFA.

Ramang yang berpostur kecil terbukti menjadi pemain paling berbahaya, dengan berbekal sepatu yang pulnya terbuat dari kulit keras, hal itu tidak membuatnya tidak tampil optimal di Olimpiade Melbourne 1956, diketahui kesebelasan Uni Soviet memiliki skill mumpuni dengan postur badan yang besar mampu dilewati ramang dengan mudah berkali-kali hingga puncaknya memaksa penjaga gawang Lev Yashin penyelamatan, FIFA dalam artikelnya.

Timnas Indonesia (PSSI) menjadi tim Underdog, membuat tim asuhan Gavril Kachalin Frustasi untuk menjebol gawang indonesia, terbukti serangan balik yang dilakukan Ramang dan kawan-kawan kerap merepotkan barisan belakang Uni Soviet, hingga pada menit ke 84, tendangan keras dan terarah ke sudut gawang Ramang nyaris saja menjebol gawang Lev Yashin (kiper Top Dunia), yang berhasil di tepisnya.

Baca : Sejarah Indonesia di Olimpiade Helsinki 1952 dan Melbourne 1956

Andi Ramang Man Of The Match di Olimpiade Melbourne 1956

Andi Ramang one man one club psm makassar - iMSPORT

Andi Ramang (PSM Makassar) lahir di Barru, Sulawesi Selatan pada 1 Januari 1924, dijuluki ‘one man, one club’ karena sepanjang karirnya ia hanya bermain di satu klub, ia mampu menjadi man of the match pada pertandingan leg pertama melawan Uni Soviet, Dalam laga ulangan, Ramang dijaga ketat oleh para pemain lawan. ruang geraknya yang terus menerus dibatasi, berakibat fatal. Pergerakan pemain bernomor 11 menjadi sangat tidak leluasa dan pertandingan berakhir dengan skor 4-0, untuk kemenangan Uni Soviet.

Sebelum mengikuti perempat final Olimpiade, tahun 1954 PSSI sempat bertandang ke berbagai negara Asia seperti Filipina, Hongkong, Muangthai dan Malaysia. Dari laga yang dilakukannya, seluruh kesebelasan tuan rumah berhasil dilumat Ramang dkk. PSSI menciptakan 25 gol, kemasukan 6 gol. Hebatnya, 19 gol dilahirkan kaki Ramang.

Sepak terjang PSSI yang dikendalikan Ramang tak terhenti di perempat final Olimpiade saja, tahun 1958 di tingkat kualifikasi Piala Dunia di Swedia, Indonesia berhasil menyingkirkan kesebelasan China akibat gol yang diciptakan Ramang. Sayang, memasuki laga berikutnya, PSSI menyatakan mundur dengan alasan politik karena harus berhadapan melawan tim Israel.

Baca : Kylian Mbappe Masuk Skuat Prancis untuk Olimpiade 2020

Sebelum mengikuti babak kualifikasi Piala Dunia, Indonesia sempat mengikuti Asian Games tahun 1958. Usai menghajar India dengan skor 4-1, akhirnya Indonesia menempatkan diri di peringkat tiga. Setahun kemudian, tepatnya tahun 1959, kesebelasan Jerman Timur bertandang ke Jakarta untuk laga persahabatan. Meski hanya persahabatan, publik pesimis PSSI mampu melawannya. Ternyata, hasilnya di luar dugaan. Duet Ramang dan Endang Witarsa mampu menahan imbang 2-2 hingga peluit terakhir dibunyikan.

Memasuki tahun 1960, di turnamen Merdeka Games, PSSI hanya mampu bertengger sebagai juara ketiga. Kendati sempat mengoleksi 20 gol dalam empat kemenangan beruntun. Hingga menjelang usia tuanya, Ramang tetap hidup bersahaja. Jauh dari hingar bingar kehidupan seorang super star bola. Sempat mengalami jatuh bangun dalam kehidupan, belakangan ia hidup di rumah sederhana yang dihuni bersama anak cucunya yang berjumlah 19 orang.

Tahun 1981, Ramang didera sakit paru- paru akut. Celakanya, ia tak memiliki cukup uang untuk biaya berobat ke rumah sakit. Tanpa pengobatan yang memadai, penyakit tersebut mengendap di tubuhnya sekitar 6 tahun. Tanggal 26 September 1987, saat usianya memasuki 59 tahun, pemain bola lagendaris itu menghembuskan nafas terakhirnya. Entah kapan bangsa ini bakal melahirkan Ramang- Ramang yang baru.

Kehebatan Ramang yang meninggal pada tanggal 26 September 1987 ini, dikupas panjang lebar di situs FIFA. Ia disebut sebagai Indonesian who inspired ‘50s meridian ( orang Indonesia yang Menginspirasi Puncak Sukses Tahun 1950 an). Apa yang ditulis memang bukan omong kosong, sebab, di tahun itu, PSSI dianggap telah mencapai puncak suksesnya di ajang internasional. (amr)

Baca juga :
Tahukah! Podium Olimpiade 2020 Tokyo Terbuat dari Plastik
Liga Polo Air 2020 di Gelar Menjadi Ajang Pencarian Bakat